Kamis, 29 Januari 2009

Mudahnya Membuat Kerusakan

Di dalam Al Qur’an kita dapati banyak kisah mengenai umat-umat terdahulu yang dapat kita ambil pelajaran untuk kehidupan kita sekarang ini. Salah satu kisah yang disebutkan oleh Allah SWT adalah kisah tentang kaum nabi Musa ‘alaihissalam. Mengenai kaum Nabi Musa ini Allah SWT berfirman:

Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkatalah Musa kepada saudaranya yaitu Harun:"Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan". (QS. Al A’raf [7]:142)

Sebelum berangkat untuk berkhalwat kepada Allah di bukit Thursina untuk mendapatkan kitab Taurat, Nabi Musa berpesan kepada pembantunya, tangan kanannya yaitu Nabi Harun agar menggantikannya sebagai pemimpin kaumnya. Akan tetapi yang terjadi kemudian adalah kaumnya justru berbalik dari ajaran ketauhidan yang diajarkan oleh Nabi Musa dan bahkan menjadikan anak lembu sebagai sesembahan. Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah [2]:51)

Ikhwan fillah, di dalam riwayat kita dapati bagaimana kerasnya Nabi Musa ‘alaihissalam berjuang untuk mengajak kaumnya menyembah Allah, Tuhan yang Esa. Karena beratnya perjuangan beliaulah, maka Allah SWT menganugerahkan kepada beliau nikmat yang besar dimasukkan dalam golongan Ulul Azmi, lima orang nabi pilihan. Akan tetapi kerja keras beliau, jerih payah beliau hancur berantakan karena kaum yang beliau didik dengan ajaran ketauhidan berbalik meninggalkan ajaran tersebut hanya dalam waktu empat puluh hari. Kaum Nabi Musa menjadikan anak lembu sebagai sesembahan yang jelas berarti menyekutukan Allah sebagai sesembahan. Inilah seburuk-buruk penyekutuan.

Dari kisah kaum Nabi Musa di atas kita dapat mengambil pelajaran, alangkah mudahnya kita merusak sesuatu yang telah kita bangun dengan susah payah. Dalam kisah umat Nabi Musa ini, waktu yang dibutuhkan menghancurkan keyakinan hanyalah empat puluh hari. Dalam masa kita mungkin kurang dari itu. Hitungan waktu menjadi tidak berarti bila keingkaran telah bersarang di dasar hati. Dan apa saja hanya membutuhkan waktu yang jauh lebih pendek untuk merusaknya dibandingkan waktu yang panjang dan susah payah untuk membinanya. Termasuk iman yang telah kita tanam, kita pelihara, telah bersusah payah kita pertahankan bisa rusak gara-gara dalam hitungan satu kedipan mata tergoda bujuk rayu syaitan. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Dan benar, apa yang telah kita pertahankan dengan susah payah dapat rusak hanya dalam waktu sekejap. Dan usaha kita ini, usaha untuk mempertahankan kebaikan ini akan menjadi sia-sia. Dan kita tentu saja tidak ingin menjadi orang yang pertahanannya sia-sia. 

Iman keyakinan ini adalah sesuatu yang perlu dipertahankan. Usaha mempertahankannya adalah usaha yang berat terutama di tengah kondisi kita yang seperti ini. di tengah-tengah hutan, tanah yang gersang terisolir dari peradaban masyarakat sebenarnya, tetapi dengan segala fasilitas kemudahan. Godaan untuk merusak keyakinan dari semua fasilitas yang ada, akses internet, email, tv channel dll. bisa dengan mudah memperdaya kita. Dan semua ini dapat dengan mengajak ke kerusakan pertahanan iman dan dalam waktu yang sangat singkat.

Di tengah kondisi seperti ini perjuangan mempertahankan keyakinan adalah usaha yang sangat berat. Yang mampu bertahan hanya orang-orang yang benar-benar mendapatkan bimbingan dari Allah. Marilah kita selalu memohon agar kita tetap mendapatkan kekuatan untuk mempertahankan indahnya dalam golongan orang beriman.

Billahittaufiq Wal Hidayah
Sumbawa, 6 Juni 2002

Tidak ada komentar: