Kamis, 29 Januari 2009

Khawatir dan sedih hati


Ada dua penyakit batin yang sangat mengganggu kelancaran perikehidupan kita. Penyakit yang kami maksud di atas adalah khawatir dan sedih hati. Penyakit pertama biasanya ditandai dengan berjubelnya tanda tanya yang menghiasi pandangan kita. Kepala dipenuhi dengan rentetan kekhawatiran jangan-jangan, jangan-jangan. Inilah was-was yang selalu menghalangi langkah menuju kemajuan. Jangan-jangan nanti begini, jangan-jangan nanti begitu dan banyak lagi jangan-jangan lainnya yang selalu memenuhi jalan darah dan rongga pikiran. Dan bahayanya lagi, penyakit pertama ini selain dapat mempengaruhi pikiran atau cara pandang terhadap sesuatu ia juga dengan jelas dapat langsung mempengaruhi fisik. Lemah jantung, mungkin itu yang agak jelas dampak langsung dari penyakit khawatir ini.

Penyakit kedua yang juga mempengaruhi gerak langkah manusia adalah rasa sedih. Perasaan ini apabila timbul dapat menghalangi langkah yang dinamis. Bagaimana bisa bergerak maju bila di dalam diri seseorang bersemayam perasaan melankolis, bersedih-sedih? Padahal untuk hidup yang bergerak cepat ini dibutuhkan orang-orang yang juga dapat bergerak luwes tanpa hambatan. Bukankah Allah SWT menegaskan bahwa hidup ini begitu dinamis? Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (QS. Nasyrah [94]: 7). Atau dengan kalimat lain kita diharuskan bergerak maju, pindah untuk mengerjakan hal lain dengan sungguh-sungguh apabila telah menyelesaikan satu hal karena dunia ini tidak butuh orang yang berleha-leha. Dan ia tidak pernah peduli pada orang-orang yang merajuk. Siapa yang dinamis, maka ia akan bisa bertahan. Dan sayangnya, orang yang bersedih, cenderung tidak akan bisa cepat melangkah.

Banyak orang yang mengidap penyakit khawatir dan bersedih ini cenderung tidak tahu penyebab kekhawatiran dan kesedihannya. Tetapi yang lebih banyak adalah banyak orang yang tidak menyadari bahwa ia sesungguhnya mengidap penyakit ini. Takut mengatakan yang benar karena khawatir dikatakan tidak memiliki rasa toleransi, khawatir dikatakan tidak memiliki solidaritas antar kawan, takut memihak kepada yang lemah atau dilemahkan karena khawatir menghalangi status keduniaan dan perjalanan jabatan, sedih bila nanti anak keturunan tidak dapat, umpamanya, sekolah di sekolah favorit bersama-sama anak-anak orang kaya lain, takut berkawan dengan saudara-saudara seiman karena nanti bisa dikatakan fundamentalis dan lain-lain adalah contoh-contoh kecil kekhawatiran dan rasa sedih yang mestinya tidak ada. 

Kalau kita perhatikan ayat-ayat Al Qur’an, kedua penyakit ini sering diulang-ulang (lihat QS 2:62, 112, 262, 274, 277; QS 3:170, QS 4:69 dll). Hal ini menunjukkan bahwa dua penyakit ini cukup penting dalam pandangan Allah SWT dengan melihat beberapa akibat seperti kami contohkan di atas. Karena itu dua penyakit ini perlu disembuhkan.

Untungnya kalau kita lebih memperhatikan ayat-ayat yang menunjukkan penyakit khawatir dan sedih ini, kita akan menemukan bahwa Allah SWT langsung memberikan terapi penyembuhannya. Terapi yang dimaksud adalah iman kepada Allah. Perhatikan salah satu ayat ini:

...Dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhan-nya dan tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al Baqarah [2]:112). 

Di sini obat rasa khawatir dan sedih hati itu adalah penyerahan diri kepada Allah. 

Sekarang coba perhatikan ayat ini. 

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS. Al An’am [6]:48). 

Di sini obatnya adalah iman dan mengadakan perbaikan. 

Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan:"Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. Al Ahqaf [46]:13).

Intinya, obat penyakit khawatir dan bersedih hati hanyalah iman kepada Allah. Insya Allah semakin kuat keyakinan kita kepada Allah, semakin kita tunduk taat kepada perintah-perintah-Nya, maka semakin kuat daya sembuh iman kita itu terhadap kedua penyakit ini. Mari kita tingkatkan iman keyakinan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya agar kita terhindar dari penyakit khawatir dan bersedih hati ini. Wallahua’lam Bishshowab.

Sumbawa, 22 Mei 2002

Tidak ada komentar: