Kamis, 29 Januari 2009

Kedamaian Dalam Al Qur’an


Kalau kita perhatikan berita-berita sekarang ini, ada suatu kondisi yang menarik pada keislaman kita, menarik dan sekaligus memprihatinkan. Sekarang ini umat Islam di mana saja sedang dalam cobaan berat. Di barat, di timur, utara, selatan di mana saja Islam sedang dilanda cobaan. Berat dan menyedihkan. Tetapi di tengah cobaan yang sedemikan berat terhadap Islam, penindasan ketidakadilan terhadap agama dan umat Islam, dan juga di tengah kondisi keumatan kita yang sudah parah justru semakin banyak orang yang tertarik bahkan kemudian masuk Islam. Setelah diselami, ternyata para muallaf itu masuk Islam bukan karena tertarik dengan perilaku umat Islam. Tetapi mereka tertarik masuk Islam justru karena keagungan dan kehebatan Al Qur’an. Kondisi ini ironis sekali bila dibandingkan dengan kita yang sudah, Alhamdulillah, lebih dahulu - bahkan terlahir - Muslim. Kita sedikit sekali berinteraksi dengan Al Qur’an ini.

Mungkin kita akan bertanya mengapa seperti ini. Di akhir surat Al Fath Allah SWT menjelaskan: 

... lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat taqwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Fath [48]:26). 

Subhanallah.

Kalau kita renungkan ternyata ketenangan, kedamaian inilah yang menyebabkan banyak orang bepergian ke seluruh penjuru dunia, lokasi-lokasi wisata, tempat-tempat yang diiklankan dapat memberikan kedamaian. Devisa dibayarkan, dolar-dolar dihamburkan, lokasi-lokasi baru dibuka yang terkadang tempatnya di puncak bukit, di pinggir pantai di tengah-tengah hutan dan sebagainya yang kesemuanya bermuara di satu kata: kedamaian. Akan tetapi Allah SWT menjelaskan bahwa Dialah yang menurunkan kedamaian di dalam hati orang-orang mukmin. Salah satu hadis mengatakan bahwa ada empat manfaatnya bagi kita apabila kita berinteraksi dengan Al Qur’an, selain diturunkan rahmat dan disebut-sebut nama kita di depan penghuni langit juga adalah diturunkannya kedamaian di dalam hati kita, orang yang membacanya. Ya, membacanya, membaca Al Qur’an akan mendatangkan kedamaian itu di dalam hidup kita. 

Salah seorang muallaf yang kemudian banyak menulis buku keislaman, Jeffry Lang, sewaktu ditanya apakah mengerti dengan bacaan yang dibacanya itu (Al Qur’an) ia mengatakan tidak sepenuhnya mengerti. Tetapi dengan membacanya ia merasa damai persis seperti damainya seorang bayi yang dininabobokan oleh merdu suara kasih sayang ibunya.

Jadi kalau kita inginkan kedamaian, tempatnya bukan di lokasi-lokasi wisata dengan mengeluarkan biaya yang mahal. Kedamaian itu ada di dalam Al Qur’an. 

Tapi ya itu tadi. Orang banyak yang tertarik ke Islam karena mereka mendapatkan keagungan Al Qur’an. Kondisi ini sangat berbeda dengan kita yang sudah lebih dahulu berislam. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kita kondisi kita yang sudah lebih dahulu berada di dalam Islam. Ghirah, semangat berinteraksi kita dengan Al Qur’an hanyalah semangat hura-hura yang ditandai dengan piala-piala dan perayaan-perayaan tanpa berusaha mendapatkan kedamaian petunjuk di dalamnya. Astaghfirullah.

Sebelum terlambat, mari kita baca, pahami, amalkan Al Qur’an. Insya Allah di situ ada kedamaian.

Wallahua’lam bishowab
Sumbawa, 10 Juni 2002

Tidak ada komentar: